NativZen
Advertising Area

Tantangan Adopsi Teknologi AI di Dunia Ketenagakerjaan Indonesia

Dengan tren AI yang semakin populer, Indonesia dengan jumlah angkatan kerja yang besar tengah menghadapi tantangan.

Advertising Area

NATIVZEN.com – Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam beberapa tahun terakhir menjadi teknologi disruptif yang mengubah lanskap ekonomi global. Dengan tren AI yang semakin populer, Indonesia dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan jumlah angkatan kerja yang besar tengah menghadapi tantangan.

Tantangan tersebut terkait bagaimana mengintegrasikan teknologi AI ke dalam dunia kerja tanpa menimbulkan gejolak sosial akibat pengurangan tenaga kerja. Meskipun AI menjanjikan efisiensi, produktivitas, dan inovasi, adopsinya di sektor ketenagakerjaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejumlah tantangan struktural, sosial, dan kebijakan.

Tantangan Adopsi Teknologi AI

Salah satu hambatan utama dalam mengadopsi AI adalah rendahnya literasi digital di kalangan pekerja. Banyak pekerja Indonesia, terutama di sektor informal dan pedesaan, belum terbiasa dengan penggunaan teknologi digital dasar, apalagi AI yang lebih kompleks.

Meskipun kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya sudah mulai mengintegrasikan AI di sektor layanan dan industri, banyak wilayah di luar Jawa yang masih minim akses terhadap internet cepat, perangkat keras yang memadai dan ekosistem teknologi yang mendukung.

Infrastruktur yang belum merata seperti jaringan internet dan pusat data yang memadai menjadi hambatan utama dalam penerapan AI secara luas. Selain itu, tingginya biaya penerapan, pemeliharaan, dan pengembangan teknologi AI menjadi kendala bagi perusahaan, terutama yang berukuran kecil dan menengah.

Teknologi AI Bakal Gantikan Pekerja Manusia?

Teknologi AI tidak sepenuhnya menggantikan pekerja manusia, melainkan mengubah cara kerja dengan mengambil alih tugas-tugas rutin dan repetitif, sehingga manusia bisa fokus pada pekerjaan yang lebih kreatif dan strategis.

AI juga menciptakan lapangan pekerjaan baru sekaligus meningkatkan produktivitas di berbagai bidang. Untuk memanfaatkan potensi AI sekaligus antisipasi pekerja manusia yang dapat digantikan oleh AI, maka pekerja perlu menerapkan reskilling dan upskilling.

Reskilling adalah proses pelatihan kembali untuk mempelajari keterampilan baru yang berbeda, biasanya untuk berpindah ke peran atau bidang yang berbeda karena pekerjaan lama menjadi usang akibat teknologi. Contohnya, seorang akuntan yang belajar analisis data untuk beralih ke bidang data science.

Upskilling adalah proses meningkatkan atau menambah keterampilan yang sudah dimiliki agar tetap relevan dan kompetitif dalam pekerjaan atau bidang yang sama. Misalnya, seorang programmer yang belajar bahasa pemrograman baru untuk mengikuti perkembangan teknologi.

Kedua strategi ini penting agar pekerja dapat beradaptasi dengan perubahan teknologi dan tetap produktif di pasar kerja yang dinamis. Penggunaan AI juga mendorong kebutuhan untuk keterampilan baru seperti pemahaman AI, analisis data, dan kemampuan problem solving.

Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?

Untuk memastikan bahwa adopsi AI membawa manfaat bagi ketenagakerjaan Indonesia, pemerintah memiliki peran sentral. Berikut beberapa langkah strategis yang dapat diambil:

  1. Meningkatkan Pendidikan dan Pelatihan Digital
    Pemerintah perlu menggandeng sektor swasta dan lembaga pendidikan untuk membangun program pelatihan berbasis keterampilan digital dan AI. SMK, perguruan tinggi, dan balai latihan kerja dapat diperkuat sebagai pusat pengembangan talenta digital.
  2. Mendorong Program Reskilling dan Upskilling Nasional
    Mengikuti jejak negara-negara seperti Singapura dan Jerman, Indonesia perlu menciptakan ekosistem pelatihan ulang secara massal, terutama untuk pekerja yang terdampak otomatisasi. Program ini harus bersifat inklusif dan terjangkau.
  3. Membangun Infrastruktur Teknologi yang Merata
    Investasi di sektor infrastruktur digital seperti jaringan 5G, pusat data, dan laboratorium AI harus diperluas ke seluruh wilayah Indonesia agar tidak terjadi kesenjangan adopsi teknologi antara kota dan desa.
  4. Menyusun Regulasi dan Etika AI yang Komprehensif
    Pemerintah perlu menyusun kerangka hukum yang mengatur penggunaan AI di dunia kerja, mencakup aspek privasi, transparansi algoritma hingga perlindungan pekerja.
  5. Mendorong Inovasi Lokal dan Startup AI
    Insentif bagi startup teknologi yang mengembangkan solusi AI untuk sektor industri lokal seperti pertanian, perikanan, manufaktur, dan UMKM akan mempercepat adopsi AI yang relevan dan berkelanjutan.

Penulis: Ahmad Luthfi

Avatar photo

Eko Lanue Ardie

co-Founder & Pimpinan Redaksi nativzen (www.nativzen.com); Jurnalis di industri teknologi dan gadget yang sudah berkecimpung sejak 2010.

Advertising Area
Advertising Area

Your Header Sidebar area is currently empty. Hurry up and add some widgets.