NativZen
Advertising Area

Appdome: Ini Kekhawatiran Konsumen Saat Musim Belanja Liburan

56,7% konsumen Indonesia paling takut terhadap penipuan sintetis saat belanja lewat perangkat seluler.

Advertising Area

NATIVZEN.com – Menjelang periode belanja online tersibuk dalam setahun, Appdome telah merilis laporan tahunan kelimanya, yang bertajuk “Consumer Expectations of Mobile App Security Report”.

Dalam laporan tersebut menunjukkan bahwa penipuan sintetis, pencurian identitas, dan penipuan berbasis AI kini menjadi alasan utama konsumen Indonesia meninggalkan aplikasi seluler selama Black Friday dan musim liburan.

Meskipun ini merupakan survei global Appdome yang ke-5, tahun ini adalah pertama kalinya konsumen Indonesia ikut disertakan. Sementara, data industri dari NordLayer, SEON, dan Kaspersky menunjukkan upaya penipuan yang terus meningkat.

Tercatat, angkanya mulai dari 22% hingga lebih dari empat kali lipat selama Cyber Week saja. Riset konsumen terbaru Appdome mencerminkan meningkatnya risiko ini:

  • 56,7% konsumen Indonesia paling takut terhadap penipuan sintetis saat belanja lewat perangkat seluler
  • 40,7% menghapus atau meninggalkan aplikasi karena kekhawatiran pencurian identitas.
  • 75,3% telah meninggalkan aplikasi akibat masalah privasi atau keamanan.

Dengan diskon besar-besaran, tekanan kecepatan, dan volume pembayaran seluler yang tinggi, konsumen kini telah memasuki musim liburan yang mereka yakini sangat rentan terhadap penipuan.

“AI mengubah lanskap penipuan lebih cepat daripada kemampuan bisnis seluler untuk merespons. Konsumen ingin bukti bahwa aplikasi mereka dapat menghentikan penipuan sebelum pembelian dilakukan,” ujar ,” kata Tom Tovar, Co-Creator and CEO, Appdome.

AI Mendorong Gelombang Baru Penipuan Musim Liburan

Pada 2025, penipuan berbasis AI, termasuk persetujuan pembayaran deepfake, serangan vishing, dan pengambilalihan akun berbasis bot telah menjadi pemicu utama penipuan seluler selama musim liburan.

Riset Appdome menemukan bahwa:

  • 81,5% konsumen Indonesia melihat AI sebagai peluang, sementara 18,5% melihatnya sebagai ancaman.
  • 90% berharap aplikasi dapat memblokir ancaman berbasis AI seperti bot, deepfake, impersonation, dan pengambilalihan akun.
  • 72,3% merasa yakin aplikasi seluler benar-benar dapat menghentikan ancaman tersebut, jauh di atas rata-rata global.

“Paradoks AI” ini memberi tekanan besar pada aplikasi perbankan, ritel, fintechtravel, dan jasa pengiriman untuk menunjukkan perlindungan in-app (di dalam aplikasi) yang jelas selama puncak musim belanja. 

Pencegahan, Bukan Penggantian Kerugian, Menjadi Ekspektasi Baru

Selama Black Friday dan belanja akhir tahun, konsumen sangat mengharapkan aplikasi seluler untuk melindungi mereka secara proaktif:

  • 84,8% mengutamakan pencegahan penipuan sebelum terjadi, bukan penggantian kerugian setelahnya.
  • 53,7% mengatakan pengembang aplikasi seluler — bukan perangkat, OS, atau operator — bertanggung jawab untuk menghentikan penipuan.
  • 79,2% mengatakan privasi sangat penting, dan 8,4% menolak untuk menggunakan aplikasi tanpa perlindungan privasi yang jelas.

“Belanja musim liburan adalah saat penyerang paling gencar beraksi. AI membuat pelaku kejahatan dapat meniru pengguna asli, membajak sesi, dan memicu transaksi penipuan,” ujar Jamie Bertasi, Chief Customer Officer, Appdome.

Ditambahkan oleh Jamie bahwa menghentikan serangan ini secara langsung di dalam aplikasi sangat penting, yang bertujuan untuk melindungi konsumen — dan pendapatan — selama musim belanja tersibuk dalam setahun ini.

Aplikasi Seluler Harus Bertindak Sebelum Pengeluaran Melonjak

Dengan rekor belanja seluler yang diperkirakan terjadi antara Black Friday hingga 31 Desember, temuan ini menunjukkan mandat yang jelas bagi pengembang aplikasi:

  • Transaksi berkecepatan tinggi selama liburan sangat ideal untuk penipuan identitas sintetis dan pengambilalihan akun.
  • Penyerang menggunakan AI untuk meningkatkan skala dan mengotomatisasi penipuan seluler dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
  • Kepercayaan konsumen dapat bergeser seketika terhadap aplikasi yang menunjukkan perlindungan yang jelas.

Menurut survei tersebut, pengguna seluler jauh lebih mungkin merekomendasikan, mengulas, dan mempromosikan merek yang melindungi mereka secara nyata, terutama selama masa liburan:

  • 42,7% akan mempromosikan aplikasi yang aman di media sosial.
  • 30,8% akan memberikan ulasan positif.
  • 98,4% mengatakan mereka akan merekomendasikan aplikasi yang melindungi mereka.
Avatar photo

Eko Lanue Ardie

co-Founder & Pimpinan Redaksi nativzen (www.nativzen.com); Jurnalis di industri teknologi dan gadget yang sudah berkecimpung sejak 2010.

Advertising Area
Advertising Area

Your Header Sidebar area is currently empty. Hurry up and add some widgets.