NATIVZEN.com – Canva resmi meluncurkan Design Trends Report 2026 yang mengungkap pergeseran besar dalam dunia desain global: 2026 disebut sebagai tahun munculnya estetika “Imperfect by Design.”
Ini tren yang menonjolkan sentuhan personal, tekstur nyata, dan ketidaksempurnaan yang justru membuat karya lebih manusiawi. Laporan ini didasarkan pada analisis miliaran desain dan jutaan aktivitas pengguna Canva di seluruh dunia, termasuk hasil survei terhadap 1.000 kreator.
Menurut data yang dirilis, terjadi lonjakan masif pada preferensi visual yang mengutamakan kejujuran dan spontanitas. Pencarian elemen DIY naik 90%, sementara minat terhadap estetika lo-fi melonjak hingga 527%.

Kreator Ingin Rebut Kendali dari AI—Namun Tetap Memeluknya
Meski AI semakin kuat dan canggih, 80% kreator menyebut 2026 sebagai tahun untuk “merebut kembali kendali kreativitas mereka.” Namun bukan berarti menolak AI, justru 77% kreator menganggap AI sebagai partner penting dalam proses kreatif mereka.
Canva menegaskan bahwa tren ini adalah sinyal bahwa kreator ingin memanfaatkan AI alias kecerdasan buatan yang saat ini jadi pembicaraan banyak orang, tapi tentunya tanpa kehilangan identitas visual pribadi.
“2026 menandai era saat perpaduan AI dan imajinasi manusia menjadi lebih penting dari sebelumnya,” ujar Cat van der Werff, Executive Creative Director Canva seperti ditulis dalam rilis yang diterima oleh nativzen.com.

10 Tren Desain yang akan Mendominasi 2026
Laporan Canva merangkum 10 tren global yang akan membentuk estetika digital, branding, dan konten media sosial tahun depan:
1. Reality Warp
Visual surreal dan liminal menjadi primadona. Pencarian konten “uncanny” melonjak 220%, seiring kreator melanggar batas antara realita dan fantasi.
2. Prompt Playground
Estetika awal internet kembali. UI retro, glitch, dan potongan antarmuka digital menjadi elemen ekspresi emosional. Pencarian lo-fi aesthetic naik 527%.
3. Explorecore
Gerakan menuju desain yang tenang dan reflektif. Layout ala Zine dan Substack naik 85%, menandakan kebutuhan audiens untuk konten yang mengundang eksplorasi lebih dalam.
4. Texture Check
Tekstur hiper-real—dari kaca hingga lilin—menjadi fokus visual. Pencarian terkait tekstur naik 30%.
5. Notes App Chic
Estetika scrapbook dan “ketidaksempurnaan” kembali populer. Kolase dan DIY visual tumbuh 90%.
6. Opt-Out Era
Kreator lelah dengan desain maksimalis. Permintaan untuk tampilan bersih, minimal, dan serba sederhana meningkat 54%.
7. Drama Club
Visual sinematik dan storytelling dramatis makin digemari. Minat terhadap elemen spotlight dan mockumentary naik 27%.
8. GrannyWave
Dari India, tren nostalgia budaya lokal kembali bersinar. Pencarian “Desi” dan “Hindi typography” naik masing-masing 26% dan 17%.
9. Zinegeist
Gerakan zine DIY kembali kuat di Meksiko. Desain kolase anti-gloss dan tipografi besar populer, dengan pencarian brutalist design tumbuh 77%.
10. Block Party
Dari Spanyol, perpaduan nuansa vintage, folklore, dan visual sehari-hari menghasilkan gaya hangat nan modern.
Dalam laporannya, Canva juga menyebutkan bahwa seluruh tren tersebut memperlihatkan pola global yang sama, yakni kreator ingin visual yang lebih manusiawi, emosional, dan personal, meski di tengah dominasi AI yang sedang naik daun.
Canva Luncurkan “Design DNA”: Rekap Kreativitas Setiap Pengguna
Tak hanya merilis tren, Canva juga memperkenalkan fitur Design DNA, sebuah laporan personal berbasis AI yang merangkum kebiasaan desain pengguna sepanjang 2025. Pengguna akan mendapatkan identitas kreatif seperti Font Stylist, Prompt Picasso, Chatter Box, atau Newbie.
Dengan perubahan besar preferensi visual global, 2026 siap menjadi tahun ketika manusia dan teknologi bekerja lebih selaras. AI membantu mempercepat ide, namun “sentuhan manusia” tetap menjadi pembeda utama.
Canva juga menegaskan misinya dalam laporan tersebut, yang tetap sama, yakni terus berkomitmen memberdayakan siapa pun untuk menciptakan desain yang personal, indah, dan lebih bermakna.







