NATIVZEN.com – Tak sedikit yang meragukan bahwa platform fintech peer-to-peer lending (pinjaman online) saat ini telah menjadi alternatif sumber pendanaan bagi pelaku UMKM yang belum memiliki akses untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan konvensional, seperti perbankan.
Ditambah dengan proses digitalisasi, pinjaman online merupakan solusi pendanaan yang tak hanya menawarkan kemudahan, tetapi juga kecepatan bagi mereka para pelaku UMKM yang masuk dalam kategori unbanked dan underserved.
Hal tersebut diakui oleh Karen Komala, Pemilik Kedai Mie Arunika yang berlokasi di Pantai Indah Kapuk (PIK) 2. Ia menceritakan bahwa usaha yang baru dirintisnya selama setahun belakangan, banyak terbantu oleh pendanaan dari pinjaman online.
Karen saat ini merupakan nasabah dari platform KlikKami yang telah diberi kepercayaan untuk mendapatkan pendanaan dengan limit hingga Rp16 juta berkat kredit skor yang bagus. Kini usaha kulinernya itu bahkan berhasil meningkatkan omzet lebih dari 50%.
“Pendanaan yang diberikan oleh KlikKami saat pertama kali Rp6 juta, secara bertahap limitnya naik dan tenornya bisa lebih panjang. Karena pembayarannya lancar, sekarang saya sudah bisa mengajukan sampai Rp 16juta,†ujar Karen.
Karen menyebut, dirinya juga pernah hampir terjerat oleh pinjaman online (pinjol) ilegal, karena tergiur oleh penawaran yang diberikan. Ia pun mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan mendukung penuh upaya pemberantasan platform pinjol ilegal.
“Alasan pakai pinjaman online karena sangat membantu kami yang tidak bisa mendapatkan kredit dari bank. Sedangkan pakai pinjaman online mudah cairnya. 30-60 menit sudah cair. Semoga KlikKami juga dapat memberikan opsi tenor yang lebih panjang,” sebut Karen.
Cerita lainnya berasal dari Adik Firdaus, Pemilik Barbershop Gedong 1 yang menerima manfaat pendanaan dari Kredito hingga mencapai Rp124 juta. Pendanaan yang didapatkan sangat membantu usahanya, terutama untuk mengcover berbagai kebutuhan bisnis barbershop.
Adik mengisahkan jatuh bangun dalam merintis usaha barbershop yang sudah dijalankan selama 16 tahun sejak 2007. Terlebih ketika pandemi Covid-19, usahanya harus kehilangan pelanggan dan hampir ditutup karena adanya pembatasan sosial.
“Ketika pandemi usaha sempat kolaps. Ada sedikit pembiayaan yang saya dapatkan dari sumber yang lain tetapi hanya bisa untuk menutup biaya sewa dan operasional. Tahun 2022 barulah saya mengenal Kredito,” ungkap Adik.
Diceritakan lebih lanjut oleh Adik bahwa pinjaman yang diterima dari Kredito sedikit-sedikit bisa membantu untuk membeli peralatan seperti mesin cukur, gunting dan lainnya. Jadi alokasinya lebih kepada fasilitas untuk menunjang kinerja usaha.
Industri fintech P2P lending alias pinjaman online yang diwadahi Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) tengah gencar menyalurkan pendanaan kepada masyarakat unbanked dan underserved. Ini sesuai dengan target OJK dalam roadmap fintech lending.
Disebutkan bahwa penyaluran pendanaan ke sektor produktif dan UMKM sebesar 30% – 40% periode 2023 – 2024. Data OJK juga mencatat, sampai September, Outstanding pembiayaan yang disalurkan fintech P2P lending tumbuh 14,28% YoY menjadi Rp55,70 triliun.
Pertumbuhan tersebut juga diikuti dengan kualitas risiko pembiayaan yang terjaga dengan Tingkat Wanprestasi (TWP 90) sebesar 2,82%. Dari jumlah tersebut, porsi yang disalurkan oleh fintech P2P lending kepada sektor produktif dan UMKM mencapai 36,57%.
()